Film ini dibuat mulai September
2009 dan baru selesai Januari 2011. Rencana akan mulai ditayangkan diseluruh
dunia mulai 17 Pebruari 2011. Dan yang akan pertama kali menyambutnya adalah
Mesir, Turki, Uni Emirat Arab, Kazakstan, Ajerbaizan, Inggris, Amerika Serikat,
Perancis, Jerman, Georgia, Macedonia, dan Rusia.
Film yang dibintangi oleh Devrim
Evin sebagai pemeran Sultan Al-Fatih ini disutradarai oleh Faruk Asoy dengan
beberapa aktor lainnya seperti İbrahim Çelikkol
sebagai Ulubatli Hasan, Recep Aktuğ
sebagai Constantine XI, dan lain sebagainya yang sebagian besar berasal dari
Turki.
Sekilas Tentang Muhammad Al –
Fatih
Sultan Muhammad Al-Fatih atau juga
yang dikenal sebagai Sultan Mehmed II merupakan seorang pemimpin tangguh yang
sudah dari kecil menerima banyak didikan agama. Beliau dilahirkan pada tanggal
26 Rajab tahun 833 H.
Pada usia 21 tahun, ia mampu
menguasai 6 bahasa dan ahli bidang strategi perang, sains, matematika. Sisi
lain dibalik kesuksesan dan jiwa kstarianya, ternyata yang paling membuat
beliau tangguh luar dalam adalah ketekunannya dalam shalat Tahajud.
Sejak kecil, Sultan Murad II,
yaitu ayah dari Sultan Muhammad Al-Fatih sangat menekankan pentingnya
pendidikan agama. Sehingga tidak sedikit para ulama yang didatangkan untuk
mendidik beliau, yang diantaranya adalah Syekh Ahmad bin Ismail Al-Kuroniy,
seorang pakar fikih yang juga memiliki pengetahuan yang dalam dalam bidang ilmu
Nahwu, Ma’ani, dan Bayan.
Kebesaran nama Sultan Muhammad Al
Fatih berusaha ditutupi oleh berbagai propaganda barat, mulai dari pengurangan
studi seputar sejarah Islam yang bahkan sangat terasa di Indonesia yang
mayoritas Islam sekalipun, hingga pembuatan berbagai cerita dan kisah yang
dipelintir untuk memembengkokan kebenaran sejarah.
Sosok Muhammad Al-Fatih adalah
jawaban kebenaran atas sabda Rasulullah SAW :
“Konstantinopel akan dibebaskan di
tangan seorang laki-laki. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang membebaskan
kota itu. Dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya.”(HR. Ahmad)
Sebuah hadist yang
menggerakan jiwa-jiwa pemuda Islam yang bermental jihad untuk berlomba-lomba
membebaskan Konstantinopel. Yang disaat itu seperti sesuatu yang mustahil untuk
ditaklukan oleh siapapun, karena pada saat itu Konstatinopel bisa dibilang
sebagai jantungnya dunia.
Strategi Perang Yang “Gila”
Hari Jumat, 6 April 1453 M, Sultan
Muhammad II bersama gurunya Syaikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil
Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari
berbagai penjuru benteng kota tersebut dengan berbekal 150.000 ribu pasukan dan
meriam teknologi baru pada saat itu. Muhammad II mengirim surat kepada
Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan
membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa
dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran
Orkhan dan Giovani Giustiniani dari Genoa.
Kota dengan benteng lebih dari 10
meter tersebut memang sulit ditembus, di sisi luar benteng pun dilindungi
oleh parit 7 meter. Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng
dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan
dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus
masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar
hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.
Berhari-hari hingga
berminggu-mingu benteng Byzantium tak bisa dijebol, kalaupun runtuh membuat
celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tersebut dan cepat
menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah
benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal.
Hingga akhirnya sebuah ide yang
terkesan bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang
agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut
akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk
menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa
memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu
namun taktik ini diakui sebagai taktik peperangan (warfare strategy) yang
terbaik di dunia oleh para sejarawan barat sendiri.
sumber:http://rosid.net/fetih-1453-menjawab-kerinduan-film-tentang-sejarah-kebesaran-islam/
0 komentar:
Posting Komentar